Minggu, 17 Agustus 2014
Sebuah memori tentang pesta kemerdekaan!
Timor-Timur, Propinsi termuda Kala masih dalam
pangkuan ibu pertiwi,
Sebuah pesta rakyat yang masih membekas dalam
benak yaitu pesta Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dirayakan oleh seluruh
warga Negara yang masih di pangkuan ibu pertiwi.
Zumalai, 17 Agustus 1998 dan tahun-tahun
sebelumnya, sebuah tradisi unik untuk merayakan kemenangan Bangsa.
Ada sebuah istilah muncul yaitu sebuah istilah
untuk merayakan pesta Kemenangan yang dikenal dengan 17 kecil dan 17 besar.
Dimana 17 kecil untuk pesta dimana hari itu diperingati sebagai hari
ber-integrasi-nya propinsi Timor-timur ke pangkuan ibu pertiwi (Negara
Indonesia), sedangkan 17 Besar adalah Hari Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia. seperti istilah
yang disebutkan maka pesta 17 kecil pun tak semeriah 17 besar.
Kecamatan Zumalai, Kabupaten Covalima, Propinsi
Timor-Timur, masyarakat kecamatan zumalai punya sebuah tradisi unik untuk
memperingati Kemerdekaan Bangsa. Tetapi Gaung pesta kemerdekaan bahkan sudah
terasa ketika 17 kecil dan Berakhir setelah melewati tanggal 17 agustus.
Bendera merah putih wajib di kibarkan disetiap rumah warga pada 17 kecil,
setelah melewati beberapa hari bendera sudah bisa diturunkan kembali dan
disimpan untuk dikibarkan kembali untuk menyambut 17 besar. Memasuki bulan
agustus sekitar tanggal 10an bendera sudah mulai dikibarkan lagi di tiap-tiap
rumah warga. Pagar-pagar rumah bahkan dicat merah putih. Sudut-sudut kecamatan
telah “Merah Putih”, kegiatan-kegiatan untuk memeriahkan acara 17an pun sudah
dilaksanakan sebelumnya, seperti permainan Voly dan Sepak bola, Tarik tambang
antar desa. Dan yang tidak kalah seru adalah panjat pinang.
Di kecamatan Zumalai memiliki 8 desa, yaitu
Desa Zulo, Mape, Fatuleto, Beco 2, Raimea, Harekain, Lour, Lepo. Dimana setiap
warga masing-masing desa mempunyai perwakilan untuk mengikuti upacara bendera
pada tanggal 17 agustus di pusat kecamatan. Karena letak beberapa desa cukup
jauh dari kecamatan, maka tanggal 16 sore hari, semua bendera Pusaka dari masing
desa sudah di arak menuju balai kecamatan. Di samping-samping balai kecamatan
sebelumnya sudah dibangun pula rumah adat dari masing-masing desa sesuai bentuk
yang diinginkan warga desa masing-masing. Perarakan bendera dari masing-masing
desa di iringi dengan bunyi likurai sepanjang perjalanan hingga sampai ke Balai
kecamatan, bendera di kibarkan didepan rumah adat masing-masing desa dan dijaga
oleh tua-tua adat dengan surik( senjata khas timor) dan sebagian surik ini juga
digunakan untuk memagari tiang bendera. Bagi mereka yang mau mengunjungi rumah
adat diberi jarak 1 sampai 2 meter dari jarak tiang bendera yang sudah di
pagari.
Pesta
berlanjut, warga pun berbondong ke tempat itu untuk merayakan pesta kemerdekaan
hingga dini hari. Para penjaga bendera bergantian untuk menjaga bendera di
rumah adat masing-masing. Tarian tebe pun dimainkan, bergandengan membentuk
lingkaran, saking banyaknya warga sehingga bisa membentuk 2 sampai 3 lapis
lingkaran tebe. Pria dan wanita bersahut-sahutan saling membalas pantun dalam
tebe. Ada pula lingkaran para penjudi yang mengerumuni meja bola guling dan
kuru-kuru, kegiatan judi ini bahkan sudah bisa di buka sejak 17 kecil.
Tanggal 17 Agustus, jam 7 pagi, Masing-masing
desa sudah mempersiapkan diri, Bendera yang dikibarkan didepan rumah adat pun
dicabut untuk diarak ke lapangan upacara yang berjarak sekitar satu kilo meter.
Para pembawa bendera adalah tua-tua adat yang sudah di tunjuk. Di iring oleh
para penabuh gong dan likurai, bagian ini lebih banyak didominasi oleh wanita-wanita.
Setelah sampai di lapangan upacara dan masuk
pada barisan-barisan yang sudah disediakan tempatnya. Upacara pengibaran
bendera pun berjalan seperti upacara kemerdekaan pada umumnya. Setelah selesai
upacara pengibaran bendera, para kontingen dari masing-masing desa kembali ke
rumah adat masing-masing sambil menunggu waktu untuk kembali ke lapangan
upacara guna mengikuti upacara penurunan bendera.
[...to continua]
Kamis, 24 Juli 2014
Nilai Kesempurnaan diri
Berapakah nilai kesempurnaan diri yang hendak dicapai, jika persentase sebuah kesempurnaan adalah 100%?. pada hakekatnya kita manusia berusaha mencari kesempurnaan diri meskipun kita sadari bahwa nilai kesmpurnaan yang hakiki hanya milik Tuhan. Tetapi manusia telah memberi standar nilai atau patokan kesempurnaan yang kepada manusia yang lain agar setiap manusia berusaha mencapai titik kesempurnaan itu.
Langganan:
Postingan (Atom)